Murid-murid ini, yang menrima K13 |
Madura Aktual, Sumenep; Kurikulum 2013 (K13) dirancang untuk menyempurkan kurikulum sebelumnya. Namun demikian dalam penerapannya justru menimbulkan persoalan baru dilapangan. “Perepatan K13 di Kabupaten Sumenep tidak terealisasi dengan baik”, ungkap Ketua DPKS M. Kamalil Ersyad, pada acara Focus Group Discussion (FGD) di Ruang Rapat Graha Adirasa Pemkab Sumenep, (10/9/2014)
Kurikulum yang diterapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) muatan yang terdapat pada K13 itu sudah bagus. Namun, untuk tahap pelaksanaannya masih terkendala. “Salah satunya, karena ketersediaan fasilitas yang dimiliki sekolah tidak memadai untuk menerapkan kurikulum tersebut”, ujarnya
Salah satu tujuan penerapan kurikulum tersebut untuk menciptakan siswa yang berkarakter (religius). Namun hal itu masih terkendala sarana dan prasarana. Namu setelah DPKS memantau di sejumlah sekolah, ternyata fasilitas mushala tidak ada.
Menurut Ersyad menilai penerapan kurikulum tersebut justru akan membuat siswa sering meninggalkan ibadah. Siswa yang asalnya rutin melaksanakan salat, tapi karena di sekolah tidak ada mushala, bisa saja meninggalkan ibadahnya.
Selain fasilitas lain yang dikeluhkan sekolah, yaitu ketersediaan buku. “Hingga saat ini, buku sebagai sarana penunjang kurikulum tersebut tidak kunjung didistribusikan. Akibatnya, sekolah hanya menggunakan lembar hasil fotokopi. ”Sampai saat ini buku masih belum tersedia,” tuturnya.
Dikatakan, Sumenep selama ini memiliki kekayaan laut dan pertanian yang sangat melimpah. Jika dikelola dengan serius, maka kekayaan itu akan memberikan dampak signifikan dalam perbaikan perekonomian di Sumenep. “Namun, selama ini tidak ada upaya agar pendidikan mengarah terhadap pemberdayaan kekayaan lokal”, tambahnya
Terkait dengan penyediaan fasilitas, Kepala Disdik A. Shadik berkomitmen untuk terus berupaya agar fasilitas di sekolah dapat terpenuhi semua. ”Ke depan kami terus berupaya agar fasilitas di sekolah bisa dipenuhi semua,” katanya.(MAK/RM)
Kurikulum yang diterapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) muatan yang terdapat pada K13 itu sudah bagus. Namun, untuk tahap pelaksanaannya masih terkendala. “Salah satunya, karena ketersediaan fasilitas yang dimiliki sekolah tidak memadai untuk menerapkan kurikulum tersebut”, ujarnya
Salah satu tujuan penerapan kurikulum tersebut untuk menciptakan siswa yang berkarakter (religius). Namun hal itu masih terkendala sarana dan prasarana. Namu setelah DPKS memantau di sejumlah sekolah, ternyata fasilitas mushala tidak ada.
Menurut Ersyad menilai penerapan kurikulum tersebut justru akan membuat siswa sering meninggalkan ibadah. Siswa yang asalnya rutin melaksanakan salat, tapi karena di sekolah tidak ada mushala, bisa saja meninggalkan ibadahnya.
Selain fasilitas lain yang dikeluhkan sekolah, yaitu ketersediaan buku. “Hingga saat ini, buku sebagai sarana penunjang kurikulum tersebut tidak kunjung didistribusikan. Akibatnya, sekolah hanya menggunakan lembar hasil fotokopi. ”Sampai saat ini buku masih belum tersedia,” tuturnya.
Dikatakan, Sumenep selama ini memiliki kekayaan laut dan pertanian yang sangat melimpah. Jika dikelola dengan serius, maka kekayaan itu akan memberikan dampak signifikan dalam perbaikan perekonomian di Sumenep. “Namun, selama ini tidak ada upaya agar pendidikan mengarah terhadap pemberdayaan kekayaan lokal”, tambahnya
Terkait dengan penyediaan fasilitas, Kepala Disdik A. Shadik berkomitmen untuk terus berupaya agar fasilitas di sekolah dapat terpenuhi semua. ”Ke depan kami terus berupaya agar fasilitas di sekolah bisa dipenuhi semua,” katanya.(MAK/RM)