Baru saja selesai mandi. Berkemas dan berpakaian rapi. Kali ini, saya berencana akan pergi ke Kota Sumenep. Bukan untuk berbelanja dan membeli barang mewah layaknya orang kaya yang selalu pamer kekayaan hartanya. Tetapi, untuk jalan-jalan ingin menikmati suasana berbeda setelah sekian lama tinggal dikampung.
Setelah semua siap berangkat, saya mengeluarkan kendaraan dari dapur. Maklum, belum memiliki grasi mobil atau kendaraan. Sehingga, kendaraan roda dua satu-satunya diletakkan di dapur. Jika di taruk di halaman rumah, khawatir diembat maling.
Sering, kendaraan tetangga di letakkan di halaman rumahnya karena yakin tidak akan hilang. Tetapi, tahu-tahu keesokan harinya ketika akan digunakan telah tiada. Bagi saya, kendaraan harus diletakkan ditempat yang sangat aman, seperti dapur. Itupun jika dapurnya luas seperti dapur di rumah saya.
Maling itu, kadang bukan karena sengaja ingin mencuri, tetapi karena ada kesempatan. Mirip wakil rakyat atau pejabat negara lain. Kadang mereka memang tidak ada niatan untuk korupsi uang rakyat, tetapi karena ada peluang, memanfaatkannya. Atau bisa saja, peluang itu diciptakan.
Kembali pada persiapan saya akan berangkat ke Sumenep. Sebelum menghidupkan speda yang telah ready di halaman rumah, tahu-tahu ada tamu. Tamu saya ini bukan pejabat negara. Seorang petani desa. Tetangga sebelah. Rencana saya berangkat, ditunda dulu. Saya harus menemui sang tamu.
Lalu berbincang-bincang apa saja. Mulai dari soal pertanian yang diserang hama. Tanaman tembakau. Bawang merah. Hingga tetang wakil rakyat yang baru saja dilantik beberapa lalu. Konon, gaji wakil rakyat hingga mencapai belasan juta. Mendengar itu, si petani tadi terlihat kaget. ”Emang berapa gaji anggota dewan ya?” begitu dia bertanya pada saya.
Saya bingung mau menjawab. Saya tidak pernah menjadi wakil rakyat, tentu tidak pernah tahu berapa gaji mereka. ”Kalau bapak tanya kepada saya, lalu saya mau tanya kepada siapa?” demikian perbincangan semakin cair sambil tertawa dengan secangkir kopi dan rokok.
Dalam perjalanan, saya berfikir. Mungkin saja, para petani bertanya soal itu karena hasil pertaniannya selalu rugi sehingga bertanya gaji anggota dewan. Kesejahteraan petani masih sangat memprihatinkan.
Tiba di Kota Sumenep, kembali bertemu dengan anggota dewan yang baru saja di lantik. Wakil rakyat ini, belum pernah sebelumnya duduk sebagai anggota dewan. Lagi-lagi, teman saya ini bertanya kepada saya tentang berapa gaji yang akan dia terima sebagai wakil rakyat. Saya bingung mau menjelaskan. Anda tahu atau pura-pura tidak tahu?. xx Penulis: BUSRI TOHA