Home » » Sumenep Butuh Pejuang Gigih Bidang Kebudayaan

Sumenep Butuh Pejuang Gigih Bidang Kebudayaan

Written By Madura Aktual on Rabu, 19 November 2014 | 06.03

Zawawi, saat melukis
Peringatan Hari Jadi Sumenep ke 745, tepatnya jatuh pada tanggal 31 Oktober 2014, baru saja dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Sumenep. Namun demikian dari peritiwa tersebut banyak kalangan menyebutnya sebagai peristiwa seremoneal tahunan saja, tidak ada dampak terhadap fenomena kebudayaan yang lebih baik. Bahkan ditengarai dibalik itu sekedar bentuk lain sekedar pencitraan menghadapi Pilkada 2015 nanti.

Untuk mengurai peristiwa tahunan ini, Lilik Rosida Irmawati, reporter Madura Aktual melakukan wawancara eksklusif dengan D. Zawawi Imron, seorang budayawan Madura, beberapa waktu lalu. Berikut penjabarannya dan diposting secara bersambung:

Saat ini sepertinya terjadi penurunan perhatian terhadap kebudayan, dan ini disebabkan oleh beberapa factor, diantaranya tidak adanya kepedulian pemerintah maupun partai politik. Apa memang demikian yang terjadi ? 

Ya sebenarnya Gus Mus itu waktu datang ke Sumenep beberapa yang lalu, beliau menyampaikan kebudayaan itu sekarang ini dikalahkan oleh yang namanya politik dan ekonomi. Karena yang diaanggap penting oleh orang-orang itu adalah politik dan ekonomi. Otomatis kebudayaan kurang mendapat perhatian, jangankan dengan kebudayaan misalnya, dengan kesenian salah satu cabang dari kebudayaan kurang diperhatikan. pembinaan lebih dititikbertakan pada olehraga. Itu berarti bahwa pada saat sekarang kaum budayawan itu dan seniman harus berjuang dengan sungguh-sungguh dalam bidang kebudayaan, khususnya kesenian. Dan saya kira ini baguslah, dengan demikian para seniman dan para budayaan menurut saya tidak perly tergantung, jadi dia harsu berjuang sendiri, mandiri, bahu membahu. Kalau ada orang yang memperhatikan, kita anggap teman seperjuangan, dan yang belum bisa membantu, dan anggap sebagai calon-calon yang kita harapkan untuk bias membantu di bidang kebudayaan nanti.

Itu kan secara makro, nah mikronya bagaimana di era Otonomi Daerah ini ?

Ya otomoatis kalau secara makro begitu, maka otomatis secara mikro mikro juga bisa terjadi yang demikian. Walau di beberapa daerah masih ada orang-orang yang berjuang di bidang kesenian dan kebudayaan, Dan ini saya kira karena Kesenian dan kebudayaan itu perjuangan kemanusiaan, perjuangan hati nurani, jadi tidak harus dibiayai oleh siapapun. Afdolnya memang harus ada biaya, ada bantuan. Tapi tidak ada bantuan punya tetap harus berjuang, karena ini perjuangan kemanuasiaan. Salah satu diantara perjuangan dari kebudayaan itu bagaimana dalam memanusiakan manusia, manusia agar bisa kreatif, agar hidup di dunia ini bisa rukun dan damai, mmengutamakan akal sehat, dan dengan akal sehat itu kita bias hidup saling hargai-menghargai satu dengan yang lain. Karena di dalam kebudayaan itu ka ada kesepakatan bahwa antara manusia yang satu dengan yang lain itu harus hidup berdampingan secara damai dan saling bantu membantu.

Bagaimana pendapat Anda tentang budaya lokal yang saat ini mulai dipinggirkan ?

Tidak ada istilah yang dipinggirkan, jadi perhatian sajalah yang kurang. Mungkin orang-orang tanpa bermaksud meminggirkan kebudayaan dan Kesenian. Tapi karena yang utama adalah politik dan ekonomi, tanpa bermaksud untuk menyingkirkan kebudayaan akhirnya kurang mendapat perhatian

Menurut Anda apa yang akan terjadi dengan kondisi semacam ini, khususnya untuk generasi muda ?

Itu berarti dibutuhkan pejuang-pejuang yang gigih di bidang kebudayaan sehingga muncul nanti eksponen-eksponen yang mau berjuang. Pejuang tidak harus di manja, nyatanya dada di beberapa daerah muncul, misalnya orang yang tidak dibantu oleh siapapun, dia muncul tiba-tiba menjadi pelukis, menjadi penyair, menjadi novelis, cerpenis, tanpa dibantu oleh siapapun. Itu karena memang mereka berjuang ingin menghargai kehadirannya ini.

Upaya apa yang mesti dilakukan untuk menguatkan budaya lokal di Sumenep yang mendapat legitiminasi sebagai kota budaya ?

Ya kalau memang ada dana dibantu, baik dari pemerintah atau pun dari siapapun. Secara umum memang harus ada semacam alokasi dana dari pemerintah daerah sendiri untuk bisa dipergunakan di dalam membina kebudayaan, terutama yang masih belum berdaya. Saya sendiri karena memang tidak dibesarkan oleh bantuan-bantuan, jadi tetap berjuang ada bantuan dan tidak ada bantuan tetap berjuang, dan Insya Allah akan berhasil

bersmbung : Pemerintahdan DPRD Harus Peduli Kebudayaan Daerah
Jurnalisme Warga

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.
lontarmadura babad madura