Home » » Iklan Yang Indah

Iklan Yang Indah

Written By Madura Aktual on Sabtu, 10 Januari 2015 | 05.54

Ada yang mengatakan, manusia itu makhluk estetik. Bolehlah! Paling tidak manusia itu senang keindahan. Tuhan pun Maha Indah dan menyenangi keindahan. Bahwa manusia itu menyenangi keindahan, bisa dilihat dari penampilan sehari-harinya, rata-rat manusia berusaha tampil dengan pakaian yang indah, guntingan baju yang indah dan komposisi warna yang indah. Hanya orang miskin saja mungkin yang tak sempat berpikir tentang itu, jangankan untuk beli baju yang indah, untuk makan saja tidak cukup.

Karena ada kebutuhan terhadap keindahan itu, para produsen yang menawarkan dagangannya kepada konsumen sejak zaman memasuki era moderen diupayakan komunikasi yang indah. Namanya, “iklan”. Produk-produk yang ingin terkenal dan ingin digandrungi masyarakat, terkesan kurang prima kalau tidak diiklankan, baik melalui media cetak atau media elektronik. Memasang iklan merupakan kegagahan tersendiri.

Selain ada iklan di media cetak dan media elektronika, ada juga papan iklan besar dan kecil yang dipasang di tepi jalan, di tikungan dan lain-lain. Gambar iklan itu rata-rata memang memukau karena ditangani oleh pendesain grafis yang canggih. Tetapi, ketika iklan-iklan itu dipasang berjejal-jejal sampai mengganggu pandangan dan mengotori keindahan kota, hal ini merupakan persoalan baru. Di beberapa kota di Indonesia, saya temui ada iklan yang dipasang berbaris rapat-rapat di atas pembatas jalan hampir di seluruh kota. Ada teman saya berkomentar miring, seakan-akan iklan-iklan yang penuh sesak itu lebih penting dari bendera Merah Putih.

Iklan yang baik yang dipasang dengan jarak yang wajar mungkin bisa menambah keindahan. Karena itu saya ridak setelak teman saya itu dalam mengkritisi iklan itu, apa lagi iklan-iklan itu memang mendapat izin dari pejabat yang berwenang. Kalau sudah mendapat izin, wajar atau tidak wajar, berarti tidak boleh diusik dan diganggu gugat. Meskipun tidak boleh diganggugugat, orang-orang yang terganggu oleh kehadiran papan iklan itu tentu boleh menyampaikan isi hatinya, asalkan dengan bahasa yang sopan, tidak menghujat dan mencaci maki. Kalau kita bandingkan dengan di kota-kota besar di dunia, yang masih menghargai keindahan dan ketertiban, pemasangan papan iklan di sana diatur dengan rapi. Iklan tetap ada tetapi wajar, sehingga tidak terkesan mengotori kota.

Pada era kampanye pemilu, kita saksikan gambar-gambar partai tampil menjadi iklan yang lain  di mana-mana, agar khalayak ramai mau mencoblos tanda gambar itu. Menjelang pemilihan presiden, wajah-wajah calon-calon presiden berdampingan dengan calon wakilnya diiklankan di mana-mana,termasuk di tembok-tembok di tepi jalan. Semua gambar calon-calon itu tersenyum, seakan-akan menunjukkan keramahannya kepada rakyat pemilih. Di latar belakang tokoh itu terlihat bendera merah-putih, seakan-akan menjelaskan, kalau mereka terpilih nanti siap untuk melepaskan kepentingan partai untuk lebih mengutamakan kepentingan bangsa, negara dan tanah air. Gambar-gambar cabub-cawabub itu dipasang dan ditempelkan di mana-mana oleh para pendukungnya masing-masing dengan jumlah yang lebih banyak dari papan iklan.

Itu boleh-boleh saja, karena barangkali memang sesuai dengan kepentingan. Iklan-iklan wajah para calon presiden dan calon wakil presiden itu memang indah pada era kampanye. Cuma yang membuat saya sedih, setelah pemilihan presiden selesai, gambar tokoh-tokoh yang kita hormati tu sebagian masih belum dilepas. Sebagian ada yang warnanya sudah luntur oleh panas matahari, sebagian ada yang sobek dan lain-lain. Sebagian yang lain ada yang dicorat-coret oleh tangan-tangan usil, sehingga sangat mengganggu pandangan.
Karena pemilihan presiden sudah berakhir, sisa foto-foto dari tokoh-tokoh yang kita hormati itu sudah saatnya kita lepaskan karena momentumnya sudah tidak tepat lagi bertebaran di jalan-jalan. Kita ingin melihat kota-kota kembali bersih dan indah.

Kalau ada pemilihan presiden lagi, seyogyanya para pendukung dan para simpatisan tidak hanya siap untuk memasang wajah-wajah para calonnya masing-masing, tetapi juga siap menurunkan gambar-gambar beliau-beliau itu tepat pada waktunya, baik sang calon terpilih atau tidak. Menurunkan gambar-gambar tokoh yang dikampanyekan itu adalah bagian dari penghormatan kepada beliau-beliau.(D. Zawawi Imron)

Jurnalisme Warga

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.
lontarmadura babad madura