Labeng Mesem |
Mengunjungi dan menyimak Keraton Sumenep, kita disuguhi sebuah ornamen khas yang merupakan perpaduan agama dan budaya mancanegara. Keraton yang terletak di tengah-tengah kota itu dibangun pada masa pemerintahan Panembahan Sumolo I tahun 1762. Bangunan keraton ini mempunyai corak budaya Jawa, Islam, China dan Eropa.
Di dalam keraton terletak peninggalanpeninggalan bersejarah seperti Pendopo Agung, kantor Koneng, dan bekas Keraton Raden Ayu Tirtonegoro yang sa at ini dijadikan tempat penyimpanan benda-benda kuno. Bangunan Keraton Sumenep didirikan pada paruh kedua abad ke-18 atas prakarsa Raja Sumenep, yaitu Penembahan Sumolo atau Tumenggung Arya Nata Kusuma.
Keraton ini diarsiteki oleh seorang China bernama Liaw Piau Ngo. Melalui tangan Liaw Piau Ngo inilah lahir sebuah bangunan keraton yang unik, yang memadukan gaya arsitektur Eropa, China, dan Jawa. Mengunjungi keraton ini, wisatawan dapat melihat lang sung hasil akulturasi budaya Jawa, Islam, Eropa, dan China yang membentuk bangunan Keraton Sumenep.
Pada bangunan Keraton Sumenep, pengunjung dapat melihat nuansa keraton Jawa dengan pilar-pilar dan lekuk ornamennya yang bergaya Eropa serta rangkaian atap yang menyerupai kelenteng China. Secara umum komposisi bangunan pada Keraton Sumenep tidak berbeda dengan keraton-kera- ton di Jawa, misalnya sarna-sarna memiliki pendopo yang cukup luas untuk menerima tamu, ruang peristirahatan raja, serta lokasi pemandian untuk permaisuri dan putri-putri raja.
Pendopo Agung sampai saat ini masih dipakai sebagai tempat diadakannya acara-acara kabupaten seperti penyambutan tamu negara atau provinsi, serah terima jabatan pemerintahan dan acara kenegaraan lainnya. Sedangkan kantor Koneng yang berarti kantor raja dahulu adalah ruang kerja Sultan Abdurrachman Pakunataningrat I selama masa pemerintahannya tahun 1811 sampai 1844 Masehi.
Selain ketiga ruangan tersebut, di kompleks keraton terdapat Taman Sare, yaitu tempat pemandian putri raja yang masih terlihat asri dan indah sampai sekarang. Bagian lain dari keraton Sumenep adalah pintu gerbang Labang Mesem, yang artinya pintu/gerbang tersenyum yang melambangkan keramah tamahan masyarakat Sumenep terhadap setiap orang yang datang ke keraton.
Selain ketiga ruangan tersebut, di kompleks keraton terdapat Taman Sare, yaitu tempat pemandian putri raja yang masih terlihat asri dan indah sampai sekarang. Bagian lain dari keraton Sumenep adalah pintu gerbang Labang Mesem, yang artinya pintu/gerbang tersenyum yang melambangkan keramah tamahan masyarakat Sumenep terhadap setiap orang yang datang ke keraton.
Museum terbagi menjadi tiga bag ian yang terletak di depan/luar keraton dan di dalam keraton. Bagian pertama, di luar keraton, adalah tempat menyimpan kereta kuda/kencana kerajaan Sumenep dan kereta kuda pemberian ratu Inggris, yang sampai sekarang masih dapat digunakan dan dikeluarkan pada saat upacara peringatan hari jadi kota Sumenep.
Bagian kedua dan ketiga terdapat di dalam keraton Sumenep, yang di dalamnya menyimpan alat-alat untuk upacara mitoni atau upacara tujuh bulan kehamilan keluarga raja, senjata-senjata kuno berupa keris, clurit, pistol pedang bahkan semacam samurai dan baju besi untuk perang, AI-Qur’an yang ditulis oleh Sultan Abdurrachman.
Di sam ping keraton ada sebuah kolam yang bernama Taman Sare. Konon menurut pendapat masyarakat setempat, apabila kita membasuh muka dengan air kolam ini niscaya akan awet muda. Kolam ini berisi air tawar beserta aneka ikan-ikan yang seolah bahagia berada di dalam satu bag ian dalam Keraton. Di antara keraton dan kolam Taman Sare juga tumbuh sebatang pohon beringin besar dan sangat tua. Beringin ini merupakan salah satu saksi sejarah perkembangan Kerajaan Sumenep dari tahun ke tahun, karena melihat umurnya yang diperkirakan ratusan tahun. (zamzami/pjt)