 |
| Nur Farida |
Madura Aktual, Tujuan lembaga pendidikan Raudlatul Athfal (RA) pada dasarnya untuk membangun karakter anak yang dimulai sejak dini agar terbentuk watak yang akhlaqul karimah.
Namun demikian, ungkap Ketua Ikatan Guru Raudlatul Athfal (IGRA) Sumenep, Madura, Jawa Timur, Nur Farida, tujuan yang mulia itu kerap dikendalai oleh persoalan kondisi lembaga sendiri
“Secara umum kelemahan RA disebabkan lemahnya SDM guru, sehingga untuk memahami materi yang diterapkan kerap tidak sesuai dengan harapan kita”, ujar Farida, Jum’at (24/04/2015)
Menurut Farida, perhatian pemerintah terhadap lembaga RA sudah cukup bagus, baik melalui kurikulum maupun paket pemebalajaran lainnya. Namun demikian, tambahnya, tidak dapat diimplementasikan dengan baik oleh pengelola RA sendiri.
“Jadi bisa disebut, perkembangan RA selama ini seperti hidup enggan mati tak mau, karena selain keterbatasan kebutuhan fasilitas RA, ditambah pengelola lembaga seperti pihak yayasan tidak sepenuhnya mendorong agar RA-nya untuk lebih maju”, urai Kepala RA At-Taqwa Sumenep itu.
Farida menyebut jumlah RA di Kabupaten Sumenep kurang lebih 700 lembaga, namun demikian banyak juga yang kurang memenuhi syarat sebagai lembaga pendidikan yang layak.
Namun demikian, menurutnya, semua akan dapat dikembangkan selama para pengola dan guru-guru RA mau berinovasi serta aktif belajar pada lembaga-lembaga yang lebih maju.
Namun demikian, ungkap Ketua Ikatan Guru Raudlatul Athfal (IGRA) Sumenep, Madura, Jawa Timur, Nur Farida, tujuan yang mulia itu kerap dikendalai oleh persoalan kondisi lembaga sendiri
“Secara umum kelemahan RA disebabkan lemahnya SDM guru, sehingga untuk memahami materi yang diterapkan kerap tidak sesuai dengan harapan kita”, ujar Farida, Jum’at (24/04/2015)
Menurut Farida, perhatian pemerintah terhadap lembaga RA sudah cukup bagus, baik melalui kurikulum maupun paket pemebalajaran lainnya. Namun demikian, tambahnya, tidak dapat diimplementasikan dengan baik oleh pengelola RA sendiri.
“Jadi bisa disebut, perkembangan RA selama ini seperti hidup enggan mati tak mau, karena selain keterbatasan kebutuhan fasilitas RA, ditambah pengelola lembaga seperti pihak yayasan tidak sepenuhnya mendorong agar RA-nya untuk lebih maju”, urai Kepala RA At-Taqwa Sumenep itu.
Farida menyebut jumlah RA di Kabupaten Sumenep kurang lebih 700 lembaga, namun demikian banyak juga yang kurang memenuhi syarat sebagai lembaga pendidikan yang layak.
Namun demikian, menurutnya, semua akan dapat dikembangkan selama para pengola dan guru-guru RA mau berinovasi serta aktif belajar pada lembaga-lembaga yang lebih maju.
