Home » » Hari Raya Waisak, Saatnya Bendera Budha Dinaikkan

Hari Raya Waisak, Saatnya Bendera Budha Dinaikkan

Written By Madura Aktual on Senin, 01 Juni 2015 | 17.22

Biksu saat melakukan ritual
Madura Aktual; Hari Raya Waisak adalah perayaan terpenting dalam kalender Budha dan dirayakan oleh umat Budha di seluruh dunia. Perayaan ini mengenang kelahiran, kesempurnaan, dan wafatnya Sang Budha serta merupakan hari yang penuh kebahagiaan, kedamaian, dan perenungan diri yang mendalam.

Pada hari ini, 2559 jatuh pada tanggal 2 Juni 2015, menurut kepercayaan ummat Budha, saatnya bendera Budha dinaikkan dan puja-puja suci dinyanyikan, umat Budha akan berkumpul di berbagai kuil sebelum fajar menyingsing untuk mengikuti upacara tiga mustika suci: Sang Budha, Dharma (ajaranNya), dan Sangha (umatNya). Umat Budha akan membawa persembahan sederhana berupa bunga, lilin, dan dupa yang akan ditaruh di kaki biksu-biksu mereka. Persembahan simbolis ini dimaksudkan untuk mengingatkan umat bahwa hidup juga akan musnah dan hancur, sama seperti persembahan yang akan habis terbakar atau layu.

Umat Budha percaya bahwa tindakan yang baik di Hari Raya Waisak akan memberi berkat berkali-kali lipat. Para pemuda umat Budha sering mengadakan acara donor darah di rumah sakit, sedangkan ritual yang umum dilakukan di Hari Raya Waisak antara lain pembacaan mantra-mantra; pelepasan burung dan hewan yang dikurung; makan makanan vegetarian; dan "memandikan" patung Budha, sebuah lambang akan legenda Sang Budha yang dimandikan oleh air dari sembilan naga segera setelah kelahiranNya. Kegiatan sosial yang diadakan di kuil-kuil Budha ini disebut juga sebagai Dana.

Sebagian besar patung Sang Budha akan diterangi pada Hari Raya Waisak, dan perayaan ini diakhiri dengan menyalakan lilin-lilin sepanjang jalan-jalan yang dilewati. Komunitas Budha di Singapura terdiri dari beberapa aliran, dan masing-masing mempunyai ritual yang berbeda-beda untuk merayakan hari raya ini – Aliran Mahayana atau “Jalan Besar” terdiri dari etnis Tionghoa Singapura dan merupakan mayoritas umat Budha di sini, aliran ini datang pada tahun 1884 melalui para misionaris yang tiba dari provinsi sebelah selatan Tiongkok.

Ajaran utama Budha Mahayana adalah bahwa Nirwana dapat dicapai bukan hanya melalui pengamalan diri namun juga dapat melalui bantuan bodhisattva atau “yang dicerahkan”. Salah satu bodhisattva yang banyak dipuja di Singapura adalah Dewi Guanyin, sang “Dewi Welas Asih”. Kuil Budha Mahayana di Singapura seperti Phor Kark See Temple di Bright Hill Road, biasanya melaksanakan ritual “tiga langkah, satu soja” di Hari Raya Waisak, di mana para umat Budha akan melangkah dengan berlutut, lalu memberi soja di langkah ketiga saat berdoa untuk kedamaian dunia, permohonan berkat, dan penyesalan atas dosa. Prosesi berat selama dua jam ini sebenarnya telah dimulai 24 jam sebelumnya dengan menggunakan kotak tisu kecil untuk memesan tempat.

Sedangkan aliran besar lain dalam Budhisme adalah Budha Theravada, yang berfokus untuk mencari jalan masing-masing dalam mencapai kesempurnaan. Pada umumnya dianut oleh komunitas Sri Lanka dan Burma di Singapura, Burmese Buddhist Temple di Geylang dan Sri Lankaramaya Temple di St Michael’s Road biasanya melaksanakan ritual memasak sekuali nasi dalam susu di Hari Raya Waisak, sebagai simbol atas makanan terakhir Sang Budha sebelum puasa panjangnya dalam mencapai kesempurnaan.

Sebuah tempat yang paling cocok untuk menikmati ritual Hari Raya Waisak di Singapura adalah di Lian Shan Shuang Lin Temple yang megah, yang berarti Hutan Kembar di Kuil Budha Gunung Teratai. Dibangun pada tahun 1902 sampai 1908, kuil ini merupakan kuil Budha yang tertua di Singapura dan kedua terbesar di Asia. Anda juga dapat merasakan semangat perayaan Hari Raya Waisak di Buddha Tooth Relic Temple, sebuah pusat spiritual berlantai empat di pusat Chinatown. Arsitekturnya terinspirasi dari kombinasi harmonis mandala Budha dan budaya seni Budhisme di era dinasti Tang. (*)

Jurnalisme Warga

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.
lontarmadura babad madura