Home » » Masuki Musim Kemarau Warga Blok Cepu Kesulitan Air

Masuki Musim Kemarau Warga Blok Cepu Kesulitan Air

Written By Madura Aktual on Jumat, 05 Juni 2015 | 10.49

Madura Eks_Bojonegoro;  Kesulitan mendapat air bersih mulai dirasakan warga di sekitar ladang minyak dan gas bumi Banyu Urip Blok Cepu di Bojonegoro. Hal itu seiring pergantian musim hujan ke musim kemarau.

Menurut Rasiyo (62) warga Dukuh Gledekan, Desa Mojodelik, Kecamatan Gayam, Bojonegoro, air bersih untuk keperluan air minum, masak, mencuci dan mandi sulit didapatkan sejak memasuki musim kemarau. Sumur gali di belakang rumahnya telah menyusut drastis.

Sumur itu memiliki kedalaman 12 meter. Untuk mendapatkan air, ia terpaksa mengambil dari sumber mata air yang berada di dekat Kaligandong. "Tiap pagi dan sore mengambil air di sumber mata air itu. Jaraknya sekitar 200 meter dari rumah," ujar Rasiyo, seperti dilansir beritajatim.com, Kamis (04/06/2015).

Sulitnya mendapat air bersih itu mulai dirasakan sejak dua pekan terakir ini. Sehingga warga sekitar harus menampung air yang didapat tersebut di dalam tong bekas dan jeriken. Persediaan air itu digunakan untuk keperluan air minum, menanak nasi, dan juga air minum untuk ternak sapi.

Sedangkan, kalau mandi biasanya Rasiyo memilih mandi sekaligus di lokasi sumber mata air itu. Menurut Rasiyo, setiap tahun pedukuhan setempat selalu dilanda kekeringan. Namun, kata dia, saat ini belum parah. "Yang paling parah biasanya sekitar bulan Juli-Agustus, karena sudah tidak ada hujan. Sumur-sumur warga juga banyak yang mengering," ujarnya.

Sementara Warga Gledekan lainnya, Rasni (55) mengaku, dalam sehari ia bisa mengambil empat hingga lima jeriken dari sumber air yang berada di sekitar Sungai Gandong. "Air itu hanya dipakai untuk masak dan minum. Kalau mandi dan cuci ya di sumber mata air itu sekalian menghemat air," ujarnya.

Menurut dia, warga Mojodelik bukan hanya mengalami krisis air bersih namun juga kesulitan air untuk bercocok tanam. Mayoritas persawahan warga mengandalkan air hujan sehingga hanya bisa ditanami padi saat musim hujan saja.

"Sebagian petani saat ini sudah beralih menanam palawija seperti kacang tanah dan jagung," ungkap Rasni.

Sementara itu menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro, Andik Sudjarwo menjamin ketersediaan air bersih bagi masyarakat yang terdampak kekeringan di musim kemarau tahun ini. Namun, pihaknya meminta masyarakat tidak hanya mengandalkan droping air.

"Sebab yang lebih penting adalah optimalisasi pemberdayaan masyarakat. Selain mengandalkan bantuan air bersih, masyarakat perlu membuat sumur bor," ungkapnya.

Tahun ini, kata dia, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro melalui Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Sosial (Disnakertransos) telah mengalokasikan anggaran untuk droping air bersih sekitar Rp100 juta. Bantuan yang disiapkan sebanyak 250 tangki air bersih. (eks)
Jurnalisme Warga

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.
lontarmadura babad madura