Home » » Agama Sebagai Landasan Normatif.

Agama Sebagai Landasan Normatif.

Written By Madura Aktual on Rabu, 04 Februari 2015 | 17.18

Tanpa disadari, ternyata remaja hidup dalam suatu jaman yang secara sosial dan moral sangat permisif. Kontrol sosial terhadap perilaku menyimpang yang cenderung semakin longgar, membuktikan adanya kenyataan bahwa masyarakat semakin individualistic. Masyarakat cenderung semakin mudah menerima perilaku-perilaku yang menyimpang, yang juga semakin meningkat, baik kuantitas maupun kualitas deviasi moralnya.

Kecenderungan perilaku atau gaya hidup menyimpang itu pada dasarnya terjadi mulai abad XX lalu, dan nampaknya telah mengalami perkembangan yang pantas untuk menjadi keprihatinan masyarakat. Dan kini telah lahir suatu generasi yang mempunyai kecenderungan hedonistic, (pemujaan terhadap benda, tahta, dsb.), pragmatis, easy going, permisif, hidup tanpa perencanaan masa depan, kecenderungan-kecenderungan yang memprihatinkan lainnya yang kualitas dan kuantitasnya tak pernah terbayangkan sebelumnya.

Fenomena yang ditunjukkan selama ini dengan memanfaatkan minuman keras, narkoba, ecstasy, bahkan dalam kehidupan free sex dan sejenisnya menjadi lahan subur sebagai wilayah curhat para remaja . Celakanya, kenyataan ini justru bukan saja terjadi pada remaja perkotaan, remaja pedesaan pun ditengarai banyak lahir generasi-generasi asusila dan amoral.

Kecenderungan-kecenderungan mutakhir tersebut, membawa remaja pada posisi untuk mempertanyakan kembali bagaimana corak struktur lingkungan masyarakat sekarang ini?; bagaimana hakikat peran dan fungsi agama yang sejak awal telah ditanamkan sebagaimana generasi sebelumnya?; bagaimana peran institusi-institusi sosial kemasyarakatan sekarang ini, sehingga kecenderungan tersebut semakin meningkat, kuantitas dan kualitasnya?. Pertanyaan-pertanyaan semacam ini akan selalu muncul dan pertanyaan yang cukup melelahkan.

Orang bijak mengatakan, bahwa “dengan ilmu hidup menjadi mudah, dengan seni hidup menjadi halus, dan dengan agama hidup menjadi bermakna”. Memahami kalimat bijak tersebut, maka – barangkali – dalam benak terbayangkan, bagaimana bila seorang remaja dalam proses hidupnya tidak mempunyai bekal ilmu pengetahuan?; bagaimana seorang remaja dalam proses kehidupannya tidak mengenali nilai seni, baik yang ada dalam diri maupun lingkungan sekitarnya?; apalagi tak mengenal hakikat dalam panutan agama!.

Dengan beragama hidup menjadi bermakna, atau setidaknya dengan agama manusia akan menjadi tahu posisinya dalam sistem alam raya ini dan akhirnya kemana arah yang akan dijalani. Dengan agama pula apa yang dilakukan dan kerjakan mempunyai nilai lebih, karena adanya dimensi transcendental. Tidak secular sekedar untuk kini dan disini, tidak berdimensi jangka pendek, tetapi berdimensi jangka panjang. Inilah fungsi sublimatif dari agama. xx Sebuah Catatan 

Dalam pemikiran ekologis, remaja merupakan potensi sebagai bagian dari potensi seluruh potensi kehidupan manusia yang mendukung ekologi masyarakat. Keberadaannyapun menjadi wawasan kehidupan secara menyeluruh yang mampu dan dapat memberikan arti dari konfigurasi potensi lingkungan dan masyarakatnya. Dengan kata lain, remaja adalah satu kesatuan totalitas dari gerakan masa ke masa dalam proses pertanggung jawaban sebagai anak bangsa, sebagai penanggung jawab moral dari seluruh tata nilai kehidupan; remaja sangat fungsional memberi warna pembangunan bangsa, negara dan agama.

Masa remaja adalah masa pencarian indentitas dan jati diri. Remaja tinggal menentukan pilihan, ke arah mana yang akan dijejaki, dan arah mana yang akan dilalui. Tentunya tergantung pada remaja sendiri, sejauh mana mau dan mampu memahami persoalan-persoalan kehidupan yang dihadapi. Oleh karenanya, bila remaja salah menjejakkan diri dan menyimpang arah yang dilalui, sama artinya menciptakan generasi “bermasalah”. xx Anda, sebagai Remaja Muslim; “Ada Apa Denganmu” (Madura Aktual)
Jurnalisme Warga

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.
lontarmadura babad madura