Madura Eks_Bangkalan; Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) membantah telah menyita Masjid Syaikhona Kholil di Bangkalan, Jawa Timur yang dianggap punya nilai sejarah itu sebagaimana diklaim tersangka penerima suap gas alam Fuad Amin Imron.
Hal ini dikuatkan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Slamet Efendi Yusuf setelah mendapat klarifikasi dari lembaga anti suah itu.
"Klarifikasi KPK itu sangat melegakan sekali, terutama bagi masyarakat nahdliyin (sebutan orang NU), jadi kami bersyukur KPK sigap memberi kejelasan," ujar Slamet, Rabu (25/03/2015).
Pihaknya menyesalkan menyesalkan, Fuad mengungkap kabar yang tidak benar kepada publik perihal masjid bersejarah yang mencetak kiai-kiai besar di Indonesia. “ Fuad seharusnya tidak memberikan pernyataan yang kian memperkeruh suasana”, terangnya.
"Saya berharap Fuad Amin tidak usah mengeluarkan pernyataan yang meresahkan masyarakat NU," ujar Slamet.
Dikatakannya, Fuad memberi pernyataan bahwa KPK telah menyita masjid yang telah berdiri sejak 1925 itu lantaran kepemilikan tanahnya diklaim mengunakan nama mililnya.
“ Namun pernyataan Fuad itu mendapat bantahan dari Kepala Bagian Pemberitaan dan Informasi KPK Priharsa Nugraha”, jelasnya
Sebelumnya dikabarkan Masjid Syaikhona Kholil terancam disita oleh KPK karena diduga masjid tersebut menggunakan dana terkait kasus korupsi yang dilakukan mantan Ketua DPRD non aktif dan Bupati Bangkalan, Fuad Amin Imron
Pada saat bersaksi dalam sidang perkara jual beli gas alam Bangkalan di Pengadilan Tipikor, Fuad menyatakan bahwa masjid warisan turun temurun dari leluhurnya turut disita KPK. Masjid tersebut disita karena berdiri di lahan yang diduga hasil korupsi.
"Terpuruk saya, Masjid Martajasa, masjid Mbah saya yang keramat itu terampas karena tanahnya disita karena atas nama saya," ujar Fuad.(brjtm/zam)
