Home » » Ketika Bersuara Diluar Tembok Raksasa Gedung DPR

Ketika Bersuara Diluar Tembok Raksasa Gedung DPR

Written By Madura Aktual on Kamis, 02 April 2015 | 20.30

Gedung DPRD Sumenep
Madura Aktual; Adalah hal wajar bila rakyat menharap banyak hal terhadap para wakilnya, karena rakyat ketika memilih wakilnya sebagai anggota dan memasuki gedung DPR akan terus menagih bila ternyata para wakilnya mungkir dan tidak aspiratif terhadap rakyat. 

Dan ketika janji itu tidak dipenuhi, rakyat memberontak melalui aksi demonstrasi, sebab masyarakat menilai serap aspirasi ketika masa reses anggota DPR sekedar kamuflase dan rutinitas klasik untuk melegalkan anggaran. Kalaupun terjadi paling-paling untuk kontestuen masyarakat pendukung politiknya.

Gedung DPR sepintas tampak sebagai rumah perwakilan untuk rakyat, tapi faktanya gedung ini hannya diperuntukkan orang-orang tertentu, buktinya untuk masuk saja harus melewati prosedur ketat; screnisasi satpam, permintaan izin, lalu meminta izin ke satpam, lalu ijin lagi lagi di ruang ini, ruang itu, dan yakinlah bagi orang baru tidak akan disapa oleh orang yang barangkali anda pilih sebelum memasuki gedung itu

Bersuara ( demonstrasi ) di luar gedung DPR seperti berbicara dengan Tembok Raksasa. Sebagaimana tembok-tembok, suara rakyat akan bergema dilingkaran itu-itu saja. Pelataran dengan taman yang indah serta monumen simbolitas keterwakilan, tak lebih dari ornamen ruang berbuka yang sama sekali bukan menjadi cermin keberaturan, kebersamaan atau representasi dari sebuah kepentingan bersama.

Di ruang-ruang gedung ini, pastinya tempat para wakil rakyat bekerja, entah bekerja untuk siapa. Untuk kepentingan rakyat?, rakyat yang mana. Mendata bekerja, menuliskan angka-angka juga bekerja, sidang-sidang juga bekerja, turun lapangan juga bekerja, diam saja juga bekerja, tidur pada saat di ruang dan sidang, konon juga dikategorikan masuk kerja, berkeliaran menaiki mobil dinas bersama keluarga dan pembatunya, katanya termasuk sedang bekerja “sambil lalu serap informasi dari rakyat”. Hah …

“Jika benar DPR bekerja untuk rakyat, kenapa rakyat dari kalangan sangat bawah sekali sangat sulit untuk menemui kalian, lalu kenapa hanya kalangan tertentu saja yang dapat memasuki gedung DPR, toh mereka juga sama, mereka juga rakyat. Kenapa aspirasi mereka seperti tidak terdengar. Padahal mereka dari kalangan rakyat sangat bawah sekali tulus dan suci memilih kalian”, demikian sebait tulisan di sebuah media online.

Pertanyaan selanjutnya, untuk apa mendirikan Gedung DPR jika tuntutan rakyat tidak di dengar, untuk gedung yang megah hanya orang-orang tertentu berkonkow dengan tidak mempedulikan “pemiliknya”. Pembangunan gedung DPR dibangun dari uang rakyat, kata tulisan yang lain. Tapi yang dipebolehkan masuk ya orang itu-itu saja, dan seharusnya semua rakyat dari kalangan manapun, bebas memasuki gedung DPR, katanya ini milik rakyat, tapi kenapa banyak prosedurnya. kenapa harus minta izin dulu, Kenapa pagernya tinggi-tinggi, kenapa banyak satpamnnya.

Sekarang bolehlah Gedung DPR hanya di injak untuk kalangan tertentu. Tetapi para anggota DPR juga harusnya turun juga dong ke kampung-kampung. Untuk apa atuh, para anggota juga terkadang ikut-ikutan berdemonstrasi turun ke jalan, panas-panasan, keujanan hanya untuk menarik simpatik rakyat saja. Ceritanya sih, sok-sokan risfeck untuk rakyat !!! 

“Sudahlah jangan membawa-bawa nama rakyat. Rakyat bersedih malah di manfaatin. Harusnya para anggota DPR berfikir, kenapa banyak rakyat yang kelaparan, banyak rakyat yang berdemonstrasi, banyak rakyat memberontak, banyak rakyat yang menuntut. Sekalinya turun ke lapangan, hanya untuk menyuarakan suara merdu saat kampanye saja. Sekalinya ikut demonstrasi hanya untuk menarik simpatik saja” 

Ini suara bukan untuk memprovokasi, ini suara bukan untuk menarik simpatik, ini suara di dedikasi untuk negeri. Khususnya rakyat dari kalangan sangat bawah sekali. (Syaf)

Jurnalisme Warga

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.
lontarmadura babad madura