Home » » Ramai-Ramai Wacanakan MEA, Apa Dampaknya?

Ramai-Ramai Wacanakan MEA, Apa Dampaknya?

Written By Madura Aktual on Minggu, 15 Maret 2015 | 01.40

Madura Aktual, Wacana ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), sedemikian mengental ke seluruh aspek kehidupan, terutama bagi pelaku ekonomi, ketenagaan kerja, sepek lainnya. 

Tak terkecuali para mahasiwa, dari wilayah kotar sampai pinggiran, terus memperbincangkan MEA dari beberapa sudut pandang, dan MEA tampaknya seperti makanan empuk, namun dihawatirkan “beracun”.

 MEA merupakan bentuk integrasi ekonomi Association of South East Asia Nations (ASEAN) yaitu adanya system perdagaangan bebas antara negara-negara ASEAN. Indonesia dan sembilan negara anggota ASEAN lainnya telah menyepakati perjanjian MEA.

Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Kuala Lumpur pada Desember 1997, para Pemimpin ASEAN memutuskan untuk mengubah ASEAN menjadi kawasan yang stabil, makmur, dan sangat kompetitif dengan perkembangan ekonomi yang adil, dan mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial-ekonomi.

Sedang KTT Bali pada bulan Oktober 2003, MEA akan menjadi tujuan dari integrasi ekonomi regional pada tahun 2020, ASEAN Security Community dan Komunitas Sosial-Budaya ASEAN dua pilar yang tidak terpisahkan dari Komunitas ASEAN. Semua pihak bekerja sama dalam membangun komunitas ASEAN pada tahun 2020 mendatang.

Dalam Pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN, Agustus 2006 di Kuala Lumpur, Malaysia, sepakat untuk memajukan MEA dengan target yang jelas dan jadwal untuk pelaksanaan. KTT ASEAN ke-12, Januari 2007, para pemimpin berkomitmen untuk mempercepat pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun 2015 yang diusulkan di ASEAN Visi 2020 dan ASEAN Concord II, serta menandatangani Deklarasi Cebu tentang Percepatan Pembentukan Komunitas ASEAN 2015.

Jadi para pemimpin ASEAN sepakat untuk mempercepat pembentukan MEA pada tahun 2015 dan untuk mengubah ASEAN menjadi daerah perdagangan bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan aliran modal yang lebih bebas.

Persaingan di bursa tenaga kerja akan semakin meningkat menjelang pemberlakuan pasar bebas Asean pada akhir 2015 mendatang. Ini akan mempengaruhi banyak orang, terutama pekerja yang berkecimpung pada sektor keahlian khusus.

Terjadinya arus perdagangan kompetisi
Daya saing antar negera Asean meningkat serta bisa menyaingi Cina dan India untuk menarik investasi asing. Penanaman modal asing di wilayah ini sangat dibutuhkan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan.xx Pembentukan pasar tunggal MEA memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi akan semakin ketat. 

MEA tidak hanya membuka arus perdagangan barang atau jasa, tetapi juga pasar tenaga kerja profesional, seperti dokter, pengacara, akuntan, dan lainnya. Dalam MEA mensyaratkan adanya penghapusan aturan-aturan yang sebelumnya menghalangi perekrutan tenaga kerja asing.

Intinya, MEA akan lebih membuka peluang tenaga kerja asing untuk mengisi berbagai jabatan serta profesi di Indonesia yang tertutup atau minim tenaga asingnya.

Apa keuntungan MEA 
Riset terbaru dari Organisasi Perburuhan Dunia atau International Labour Organization (ILO) menyebutkan pembukaan pasar tenaga kerja mendatangkan manfaat yang besar. Selain dapat menciptakan jutaan lapangan kerja baru, skema ini juga dapat meningkatkan kesejahteraan 600 juta orang yang hidup di Asia Tenggara.

Pada 2015, ILO merinci permintaan tenaga kerja profesional akan naik 41% atau sekitar 14 juta. Sementara permintaan akan tenaga kerja kelas menengah akan naik 22% atau 38 juta, sementara tenaga kerja level rendah meningkat 24% atau 12 juta.

Namun laporan ini memprediksi bahwa banyak perusahaan yang akan menemukan pegawainya kurang terampil atau bahkan salah penempatan kerja karena kurangnya pelatihan dan pendidikan profesi.

Apa dampak MEA
Dampak dari konsekuensi MEA, terjadinya aliran bebas barang bagi negara-negara ASEAN, dampak arus bebas jasa, dampak arus bebas investasi, dampak arus tenaga kerja terampil, dan dampak arus bebas modal. Tidak hanya dampak, ada beberapa hambatan Indonesia untuk menghadapi MEA.

Pertama, mutu pendidikan tenaga kerja masih rendah, Febuari 2014 jumlah pekerja berpendidikan SMP atau dibawahnya tercatat sebanyak 76,4 juta orang atau sekitar 64 persen dari total 118 juta pekerja di Indonesia.

Kedua, ketersediaan dan kualitas infrastuktur masih kurang sehingga memengaruhi kelancaran arus barang dan jasa. ketiga, sektor industri yang rapuh karena ketergantungan impor bahan baku dan setengah jadi.xx Keempat, keterbatasan pasokan energi, dan kelima, lemahnya Indonesia menghadapi serbuan impor, dan sekarang produk impor Tiongkok sudah membanjiri Indonesia.

Menjelang MEA yang sudah di depan mata, pemerintah Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan langkah strategis dalam sektor tenaga kerja, sektor infrastuktur, dan sektor industri. | syaf
Jurnalisme Warga

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.
lontarmadura babad madura